Untuk memberikan gambaran sosok guru
Sejarah ideal di Sekolah tentu tidak terlepas dari gambaran sosok guru Ideal
secara umum. Oleh karena itu sebelum kita mendeskripsikan bagaimana guru
Sejarah ideal, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu siapa itu sosok guru
dan seperti apa sosok guru yang dapat dikategorikan ideal dan profesional
terutama bagi Guru Sejarah di sekolah?,
selanjutnya akan kita telusuri
lebih mendalam mengenai hal-hal tersebut.
Definisi
yang kita kenal sehari-hari, guru adalah orang yang harus digugu dan ditiru,
dalam arti orang yang berprofesi sebagai pendidik dan memiliki kharisma atau
wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Guru juga dapat disebut
sebagai orang yang membimbing para peserta didik, arti bimbingan guru tersebut
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya pada
tiga kalimatnya yang terkenal yakni, ing ngarso
sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan
tut wuri handayani. Yang mengandung makna bahwa seorang guru hendaknya, harus dapat memberi contoh, dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Guru
sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila ia
dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan
bagi masyarakat sekelilingnya. Hal ini dapat dilihat bagaimana sikap dan perbuatan
guru itu sehari-hari, apakah memang patut diteledani atau tidak. Bagaimana guru
meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi dorongan kepada
anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta bergaul
baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat. Adapun empat
kompetensi yang dimiliki seorang guru profesional yaitu, paedagogi (yang
meliputi kompetensi dalam melaksanakan kegiatan, penerapan model pembelajaran,
interaksi terhadap siswa), kepribadian (yaitu memiliki perilaku yang terpuji
dan memang patut dcontoh oleh peserta didik), sosial (yaitu berkaitan dengan
kemampuan guru tersebut dalam menjalin komunikasi dan interaksi sosial dengan
orang-orang di sekitarnya seperti siswa, guru-guru teman seprofesinya, Kepala
Sekolah, staf Pegawai TU, penjaga, petugas kebersihan sekolah, ataupun juga
masyarakat sekitar di luar lingkungan
sekolah).
Salah
satu hal yang dapat menggambarkan adanya sosok guru ideal misalnya pada guru
yang menerapkan metode pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
dan Menyenangkan) yaitu pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya
yang memungkinkan terjadinya belajar pada siswa. Aktif mengandung arti bahwa
pembelajaran yang dilakukan berpusat pada peserta didik, bertujuan untuk
mengaktifkan peserta didik, kata kunci dipegang guru adalah kegiatan yang
dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir ataupun berbuat. Kreatif
memiliki arti guru melakukan kegiatan belajar mengajar yang mampu menstimulasi
siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang
ada. Wujud stimulasi tersebut diantaranya yaitu dengan memberi kebebasan pada
siswa untuk mengembangkan gagasan, bersikap respek dan menghargai ide-ide
siswa, mengajukan pertanyaan yang menggugah kreativitas, memberikan waktu yang
cukup bagi siswa untuk berfikir dan menghasilkan karya. Efektif berarti
pembelajaran yang dilakukan menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah
proses pembelajaran berlangsung. Menyenangkan yakni guru menciptakan suasana
belajar yang fun namun bukan berarti ribut, huru-hara, kesenangan yang sembrono
dan kemeriahan yang dangkal.
Guna
menerapkan PAKEM tersebut juga tidak terlepas dari kegiatan guru dalam
menciptakan kreativitas dalam belajar. Adapun 5 Cara menjadi guru yang kreatif
yaitu sebagai berikut:
a. Guru menciptakan suasana kelas yang aman
dan nyaman secara emosional dan intelektual.
b. Guru mengukur dengan hati, seberapa besar
keterlibatan (engagement) siswa dalam tugas yang ia berikan.
c. 5 menit terakhir yang menentukan yaitu
untuk merangkum mengenai pelajaran yang sudah dilakukan.
d. Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan
budaya asal menjawab dengan betul.
e. Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam
memandang sebuah pengetahuan.
Selanjutnya
dalam rangka menciptakan kreativitas dalam belajar, seorang guru juga perlu
menerapkan model pembelajaran yang bervariasi di dalam kegiatan belajar agar
para siswa tidak merasa jenuh dan selalu merasa menyenangkan saat belajar di
kelas. Model pembelajaran tersebut tentu dapat disesuaikan dengan materi atau
jenjang sekolah yang diajarkan oleh guru. Kemudian seorang guru yang kreatif
tentu tidak terfokus menggunakan satu media pembelajaran saja pada saat ia
mengajar. Melainkan ia akan berusaha mencari ide-ide baru dalam menggunakan
beberapa media pembelajaran dengan bervariasi sehingga kegiatan pembelajaran
tidak akan terasa membosankan bagi para siswa.
Selain
menciptakan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru yang
dikategorikan ideal tentu dapat pula dikatakan telah mampu menguasai dan
menerapkan kompotensi-kompotensi yang ada dalam keterampilan dasar mengajar,
karena hal ini menjadi kunci penting dalam keberhasilan mengelola kegiatan
belajar mengajar di kelas. Meskipun terkadang belum sepenuhnya untuk dikuasai
tetapi setidaknya ia telah dapat menguasai hal-hal pokok yang terdapat pada
kompetensi dasar mengajar.
Seperti
halnya gambaran yang dimiliki sosok ideal guru secara umum, begitu juga guru
sejarah yang ideal juga memiliki gambaran yang serupa dengan pernyataan di
atas, hanya saja akan dibahas dalam konteks khusus yakni guru bidang studi
Sejarah. Namun sebelumnya saya ingin bercerita sedikit dari pengalaman semasa
sekolah (SMP dan SMA) ketika belajar dengan beberapa guru sejarah yang saya
nilai pantas dikatakan sebagai guru ideal. Pada saat kelas 1 SMP, saya belum
merasa antusias mengikuti pelajaran sejarah, apalagi pada saat itu baru pertama kalinya saya mempelajari
secara khusus apa itu pelajaran Sejarah. Suasana belajar juga dirasakan kurang
menyenangkan dan materi yang disampaikan terlalu monoton. Namun pada saat kelas
2 SMP, saya mendapatkan guru Sejarah yang ternyata lebih baik dari sebelumnya.
Meskipun beliau mengajar dengan menggunakan metode ceramah, namun penyampainnya
sangat menarik dan cukup lugas selain itu beliau juga sosok guru yang akrab
terhadap siswanya. Beliau juga rajin
dalam memberikan tugas hampir setiap minggu, namun tidak tahu kenapa saya
selalu merasa semangat mengerjakan tugas dari beliau. Sebab ia selalu
memberikan motivasi kepada siswanya untuk senantiasa mengerjakan tugas dengan
sebaik mungkin, dan mengajak siswanya untuk membiasakan melanjutkan pelajaran
Sejarah sepulang dari sekolah. Jujur saja sejak saat itulah saya mulai
menyenangi pelajaran Sejarah dan Alhamdulillah sejak antusias belajar sejarah,
nilai mata pelajaran sejarah saya pun mulai meningkat.
Lalu
beranjak kelas 3 SMP, guru sejarah saya
pada saat itu memiliki sosok berbeda dibandingkan pada saat kelas 2 SMP,
beliau tidak terlalu akrab dengan siswanya dan terkadang saya dan teman-teman
sekelas merasa tegang saat belajar dengan guru terserbut. Namun saya tetap
antusias mengikuti pelajaran sejarah yang ia ajarkan, karena saya sangat
menyenangi sistem belajar yang ia terapkan. Seperti halnya di kelas 2 SMP, guru
sejarah saya di kelas 3 smpjuga sering memberikan pekerjaan rumah terutama yang
seringkali ia berikan setiap minggu adalah tugas merangkum dan menghafal,
ketika pertemuan berikutnya sang guru akan mengambil nilai hafalan dari siswa
tersebut secara lisan. Dalam hal menjelaskan materi juga memiliki ciri khas
yang berbeda dari guru sebelumnya yang mampu membuat saya sangat antusias untuk
menyimak namun beliau cukup memberikan penjelasan yang cukup bermakna bagi para
siswanya setidaknya siswa dapat mengerti apa yang ia materi yang pelajari.
Terbukti hingga sekarang saya masih ingat dengan beberapa materi yang beliau
ajarkan.
Kemudian
setelah itu di kelas X SMA (kelas 1 SMA), saya berjumpa dengan seorang guru
sejarah, pada saat saya tetap antusias mengikuti pelajaran sejarah karena
pelajaran sudah menjadi pelajaran favorite saja sejak kelas 2 SMP, jadi saya
pun berusaha untuk tetap semangat mempelajari sejarah meskipun dengan beberapa
guru yang berbeda. Guru Sejarah kelas X mengajarkan materi sejarah dengan metode
ceramah, terkadang beliau juga memberika tugas meringkas ataupun menjawab
soal-soal. Suasana belajar pun sama seperti kelas 3 SMP, yaitu tidak dan
suasana yang akrab antara siswa dengan guru. Oleh karena itu ada beberapa
teman-teman saya yang merasa jenuh bahkan kurang antusias untuk mengikuti
pelajaran sejarah dengan guru tersebut.
Selanjutnya
beranjak kelas XI SMA, ternyata guru sejarah yang mengajar kelas X mengajar
saya kembali di kelas XI, tentu saya belum merasa perubahan dalam suasana
belajar. Pada waktu antusias belajar
saya sedikit mulai goyah karena pada saat itu guru sejarah tersebut jarang
masuk (cuti melahirkan), sehingga ketika jam pelajaran Sejarah seringkali kami
tidak belajar. Sampai saya dan teman-teman sekelas pun bingung bagaimana bentuk
soal-soal yang akan muncul pada ujian semester sebab masih bingung dengan
materi yang kami pelajari. Maka solusinya pun kami diharuskan untuk belajar
mandiri. Bahkan yang sempat menyurutkan semangat saya, ketika untuk pertama
kalinya melihat nilai mata pelajaran sejarah saya yang minim di Rapor. Hal ini
tentu membuat saya sedikit kecewa dan menyimpan tanya mengapa bisa seperti itu,
sementara saya sudah berusaha giat belajar dan saya merasa menjawab soal-soal
ujian secara lengkap. Berbagai opini-opini teman yang bernasib sama pun
bermunculan ada yang berkata bahwa besar kecil nilai ujian sangat tergantung
dengan jawaban yang harus sesuai dengan isi buku (text book). Saya pun akhirnya dapat mengerti mungkin dalam hal ini
jawaban ujian saya kurang sesuai dengan apa yang ada di Buku. Meskipun sudah
mengisi secara lengkap namun barangkali banyak tidak sesuai dengan apa yang
terdapat di buku.
Ketika
beranjak ke kelas XII SMA, kekecewaan tersebut mulai berkuang dan semangat
belajar saya terhadap pelajaran sejarah mulai hidup kembali, sebab guru sejarah
yang temui kali ini sangat berbeda dan luar biasa bagi saya. Mulai dari
pertemuan awal dengan beliau saya sudah mulai merasakan suasana keakraban
dengan beliau sebagai sosok guru. Pada saat beliau menjelaskan materi sangat
menarik dan penuh semangat sehingga kami para siswa seolah-olah terbawa ke
dalam peristiwa masa lampau yang dijelaskan beliau. Metode yang beliau gunakan
adalah metode ceramah dan diskusi kelompok.
Dalam
menggunakan metode ceramah beliau juga turut melibatkan para siswanya untuk
aktif dalam proses pembelajaran misanya dengan mengajukan pertanyaan, meminta
tanggapan dari siswa, ataupun menyuruh siswa untuk menuliskan jawabn di papan
tulis. Jadi meskipun metode ceramah, tetapi suasana belajar yang berlangsung
menjadi hidup dan para siswa sangat antusias mengikuti pelajaran sejarah.
Selain itu dalam memberikan penjelasan materi beliau terkadang tidak tefokus
dengan materi yang sedang dipelajari namun beliau juga mampu mengaitkannya
dengan beberapa materi bahkan pelajaran lainnya (kontekstual) dan tidak text
book.
Begitu
pula dengan metode diskusi kelompok (konstruktivisme) yang beliau terapkan
dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan diskusi tersebut hampir sama seperti
kegiatan diskusi di masa kuliah sekarang. Beliau juga sabar dalam mengarahkan
dan membimbing kami sewaktu berdiskusi dalam kelompok kecil. Ketika kami ada
yang kesulitan menjawab soal atau permasalahan diskusi maka sang guru pun
datang membantu dan memberikan solusi. Seperti halnya pada waktu berdiskusi
panel antar kelompok, guru pun berperan sebagai penengah yang baik ketika
terdapat debat argumen yang tiada berujung. Itulah yang membuat saya merasa
memperoleh pelajaran yang bermakna ketika mengikuti pelajaran sejarah bersama
beliau.
Selain
dalam hal pelajaran beliau juga termasuk guru yang sangat memotivasi para
siswa, ketika ada siswa yang memperoleh nilai tinggi maka beliau tidak
segan-segan memberikan reward tehadap siswa tersebut, sebaliknya bagi siswa
yang memperoleh nilai rendah maka beliau pun berusaha melakukan pendekatan dan
berusaha memberikan motivasi agar siswa tersebut dapat memperbaiki hasil
belajarnya.
Sungguh
hal ini lah yang memacu semangat saya kembali untuk menyenangi pelajaran
sejarah. Yang menjadi alasan saya berani mengambil jurusan pendidikan sejarah
pada saat kuliah, salah satunya dikarenakan saya terinspirasi dengan sosok guru
sejarah saya tersebut. Beliau bukan hanya sebagai sosok guru namun juga sebagai
sosok sahabat sekaligus orang tua yang begitu peduli terhadap para siswanya. Saya
sangat mengagumi dari cara beliau mengajar yang menyenangkan (tidak membuat
siswa jenuh apalagi mengantuk), penyampaian materi yang kontekstual, mampu
berinteraksi dengan siswa dengan suasana penuh keakraban, turut melibatkan para
siswa untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan gagasan, serta beliau juga
sangat memotivasi para siswanya untuk selalu giat belajar, giat membaca dan
giat pula untuk meningkatkan hasil belajar. Bahkan terkadang di luar jam
pelajaran, beliau sering meluangkan waktu untuk siswanya yang ingin
berkonsultasi mengenai kesulitan yang ditemui pada materi pelajaran. Tidak
hanya sebatas dalam hal pelajaran saja, beliau juga selalu menanamkan pesan
moral terhadap setiap pelajaran yang belia ajarkan, dan juga ada pesan beliau
yang selalu saya ingat yaitu ”jangan
pernah kecewakan orang tua yang telah bersusah payah bekerja keras mencari uang
untuk biaya sekolahmu, mereka rela menderita demi melihat kebahagiaanmu, maka
sudah selayaknya kalian membahagiakan mereka
salah satunya dengan menggapai prestasi belajarmu di sekolah.” Pesan beliau
inilah yang selalu teriang di benak saya. Oleh karena itu pantaslah jika saya
menyebut beliau sebagai sosok guru sejarah yang ideal.
Dari
berbagai pengalaman belajar dengan beberapa guru sejarah semasa SMP dan SMA,
maka saya pun memberikan sedikit gambaran mengenai sosok ideal guru sejarah
yaitu sebagai berikut:
a. Mampu menguasai kompotensi –kompotensi
yang terdapat dalam delapan keterampilan dasar mengajar dan menerapkannya dengan
baik dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
b. Dalam menjelaskan materi seorang guru
sejarah hendaknya tidak terlalu monoton, diharapkan dapat menggunakan berbagai
media pembelajaran beserta model pembelajaran yang bervariasi sehingga para
siswa tidak merasa jenuh untuk mengikuti pelajaran. Misalnya berdiskusi
kelompok, menggunakan media gambar atau peta, bermain peran, talking stick,
ataupun dapat pula dengan menonton flim sejarah atau memutarkan rekaman sejarah
(bila sarana tersedia).
c. Guru sejarah juga hendaknya dapat
menguasai materi dengan baik, tidak hanya itu diharapkan pula kontekstual (menghindari
kaca muda: terfokus hanya pada bahasan materi yang diajarkan) pada saat
menjelaskan materi, sehingga guru sejarah juga diharapkan aktif dalam mencari
informasi lain yang berkaitan dengan materi ajarnya, memberikan contoh atau
mengaitkan materi dengan peristiwa lokal yang ada di sekitar lingkungan siswa
ataupun dari pengalaman nyata dari siswa.
d. Pada saat melakukan kegiatan belajar
mengajar di kelas seorang sejarah juga hendaknya turut melibatkan para siswanya
untuk aktif bail dalam mengemukakan
pertanyaan ataupun gagasan serta dilibatkan pula dalam penggunaan media atau
alat bantu dalam pembelajaran sehingga akan tercipta suasana belajar yang hidup
dan para siswa dapat antusias untuk belajar.
e. Selain melakukan kegiatan pembelajaran di
dalam ruangan kelas, sang guru pun sesekali dapat mengajak para siswanya untuk
belajar di luar ruangan kelas misalnya dengan melakukan studi lapangan ke
beberapa tempat situs sejarah, museum, candi, ataupun melakukan wawancara
terhadap para tokoh sejarah.
f. Seorang guru sejarah juga hendaknya
menghimbau para siswa untuk aktif dalam mencari sumber belajar lain selain buku
pedoman yang ia gunakan misalnya melalui majalah, surat kabar, internet, atau
dapat juga dengan berkunjung ke Perpustakaan di luar sekolah seperti
perpsutaakaan daerah.
g. Guru sejarah yang ideal diharapkan dapat
memotivasi para siswa, peduli dengan suasana di kelas misalnya dalam mengelola
kelas, guru sejarah harus dapat memahami saat di mana para siswanya mulai jenuh
dan mengantuk dengan materi disampaikan, maka ia sesekali pun harus mengganti
suasana yang berbeda agar siswa dapat antusias kembali untuk mengikuti
pelajaran.
h. Seorang guru sejarah sedapat mungkin dapat
meciptakan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran misalnya membuat media
pembelajaran yang unik untuk
ditampilkan kepada para siswanya pada saat menyampaikan materi.
i.
Guru
sejarah yang ideal tentu harus menghindari sistem catat buku sampai abis (CBSA)
terhadap para siswanya karena cara belajar tersebut dnilai kurang efektif dalam
memotivasi para siswa untuk mengembangkan gagasannya dalam berpikir dan menggali informasi secara lebih
luas. Selain itu guru sejarah hendaknya mengajak para siswa bukan sekedar
menghafal materi namun yang terpenting adalah mengingat dan memahami materi
yang dipelajari, dengan demikian akan memberikan pelajaran yang bermakna bagi
siswa. Bahkan sang guru sejarah pun dapat memberikan solusi atau tips khusus ataupun
kata kunci yang memudahkan siswa dalam mengingat dan memahami materi yang ia
pelajari.
j.
Jika
masih ada siswa yang belum memahami dan kurang jelas namun tidak sempat untuk
bertanya pada saat jam pelajaran berlangsung, maka sang guru dapat memberikan
solusi dengan cara menyediakan waktu untuk siswa berkonsultasi mengenai
kesulitan terhadap materi yang dipelajari, misalnya pada jam istirahat atau
sepulang sekolah.
k. Setiap akhir penyampaian materi, guru sebaiknya dapat menyampaikan
nilai-nilai atau moral pesan moral yang
terkandung dalam materi pelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pelajaran
yang lebih bermakna. Misalnya pada materi mengenai Peristiwa Sumpah Pemuda,
sang guru dapat mengibaratkan bahwa begitu pentingnya semangat persatuan dan
kesatuan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
memiliki beraneka ragam budaya dan suku bangsa.