Images

Menjadi Guru Model dan Berkarakter

dakwatuna.com -Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, pecinta, dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima sehingga kamu menjadi rusak.”(Hadits)
Melihat problem pendidikan di Indonesia, banyak hal yang menjadi masalah utamanya, baik dari segi system pemerintahan, pendidikan maupun guru yang menjadi pencetus anak-anak bangsa yang berjiwa karakter pemimpin.
Ternyata semua feeling itu salah, berharap menciptakan regenerasi yang cerdas, jenius dan berjiwa pemimpin malah yang terjadi pada pendidikan di Indonesia pada saat ini adalah sebaliknya.
Problem itu terjadi karena didikan pemerintah terhadap guru-guru yang menjadi senjata tajam untuk mengasah anak didiknya sebagai pencetus regenerasi muda Indonesia tidak begitu jenius, yang bisa dibilang orang yang mampu mewujudkan cita-cita peserta didiknya yaitu guru. Guru yang akan menjadi factor utama dalam menciptakan, menghasilkan, mendidik, dan membimbing regenerasi muda Indonesia.
Guru yang ditugaskan dengan penuh dedikasi tinggi untuk mengemban misi mencerdaskan generasi masa depan bangsa. Namun, tidak sedikit pula guru yang hanya menjadikan guru sebagai mata pencarian atau malah menjadi “hamba” sertifikasi. Secara tidak sadar, itu sama saja mencoreng corp pendidik. Seperti kata Gordie Howe, “Berhentilah menjadi guru, jika tidak mencintai tugas mulia itu! Berikan kesempatan kepada orang lain yang lebih mencintainya.”
Oleh sebab itu, dalam tulisan ini, penulis mengangkat sebuah judul “Menjadi Guru Model dan Berkarakter”. Apa tujuan untuk menjadi Guru Model dan Berkarakter? Menjadi guru itu gampang dan mudah tetapi belum tentu bisa menjadi guru model dan berkarakter, karena guru model dan berkarakter sulit kita temukan, guru model adalah model untuk orang lain atau guru-guru yang seprofesi dengan kita, oleh sebab itu menjadi guru model itu sangat penting karena guru model adalah contoh guru yang berdedikasi tinggi, yang banyak orang-orang yang akan meniru, baik dari segi karakter maupun penampilan, kemudian dibangun lagi dengan guru yang berkarakter, karena karakter seorang guru harus bisa atau mampu mengubah keadaan atau karakter anak-anak didiknya menjadi lebih baik karena belakangan ini yang berkarakter adalah administrasi mengajar atau RPP, jangan sekadar RPP yang berkarakter tetapi menghasilkan guru –guru yang berkarakter itu penting juga, dengan demikian, guru berkarakter akan menghasilkan juga anak-anak didik yang berkarakter pemimpin.
Pemerintah sekarang ini telah menciptakan administrasi mengajar atau RPP yang berkarakter, jadi guru tidak pernah di didik untuk meningkatkan dan mempelajari karakternya. Ada yang namanya RPP berkarakter, Silabus berkarakter, model pembelajaran yang berkarakter dll. Padahal yang menjadi ujung tombak yang akan membawa, mengasah anak-anak didik yang sukses bukanlah administrasi mengajar, tetapi ruh guru yang harus ditingkatkan Seperti kata Ahmad Fu’adi, Metode pendidikan boleh canggih, pelajaran boleh hebat, tapi di atas segalanya itu, ruh guru yang bersih dan berdedikasilah yang paling menentukan dalam menyamai generasi terbaik.”
Guru model adalah guru yang akan menjadi teladan, baik sesama guru/profesi, orang tua para murid dan masyarakat yang akan menjadi guru di rumah tangganya dan lebih penting lagi adalah teladan bagi peserta didiknya, inilah dinamakan sebagai guru model. Sedangkan guru berkarakter adalah guru yang mentransfer nilai-nilai karakter positif atau yang baik terhadap murid/peserta didiknya, Karena para siswa itu sendiri akan meniru bahkan mengikuti jejak-jejak guru itu sendiri, marilah kita tanam pada diri mereka sebuah ilmu yang baik yang akan mereka tiru pada diri kita, sebagaimana terdapat dalam sebuah ungkapan “Guru pandai berdiri, Murid pandai berlari”. Jadi, itulah yang harus kita tanam dalam diri mereka bukan malah sebaliknya, yang pernah terjadi dalam sebuah ungkapan Guru kencing berdiri, Murid kencing berlari.”
Oleh sebab itu, guru harus memberikan sesuatu yang positif terhadap para peserta didiknya. Dan mampu memahami karakter peserta didiknya, bukan sekadar memahami karakter sendiri karena guru adalah orangtua kedua para siswa, jadi guru harus mampu memahami dan mempelajari karakter peserta didiknya. Ada 3 macam tugas pokok guru dalam sekolah dalam versi SGI, di antaranya;
  1. Guru sebagai pengajar yaitu guru yang mentransfer pengetahuan (knowledge) kepada peserta didiknya.
  2. Guru sebagai pendidik yaitu guru yang mentransfer nilai-nilai (value) baik dari segi tingkah lakunya, sikap ataupun karakter.
  3. Guru sebagai pemimpin yaitu guru yang menjadikan dirinya sebagai pemimpin untuk peserta didiknya dan mengajarkan kepada peserta didiknya tentang pemimpin.
Jadi, guru yang disertifikasi ataupun PNS bukanlah jaminan menjadi guru professional, karena yang disertifikasi dan PNS itu belum tentu professional dalam hal mengajar, mendidik, dan memimpin dan belum tentu mampu memahami karakter siswa, dan bahkan saya pastikan belum tentu bisa menjadi model buat guru-guru yang lain ataupun siswa yang menjadi objek utama dalam dunia pendidikan. Karena guru professional adalah guru yang mencakup dua hal utama yaitu guru model dan berkarakter. Banyak orang mengatakan, guru professional adalah guru yang di sertifikasi atau PNS, padahal tidak demikian, karena guru professional adalah guru yang mampu mengasah, menggali, kemampuan dan memotivasi siswa-siswinya, menghargai hasil karyanya, dan imajinasinya, selain itu juga guru professional yang mampu memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya, bukan menguburi kemampuan siswa justru menggali kemampuannya sebagaimana ungkapan Direktur Sekolah Guru Indonesia (SGI), “Guru yang hebat adalah guru yang mampu mencetak dan mendidik siswa yang lebih hebat dan unggul dari dirinya.” Tapi yang terjadi di zaman pendidikan sekarang ini ialah sebaliknya, guru yang mengasah kemampuannya sendiri, menganggap dirinya lebih pintar dari pada muridnya, menganggap telah professional dalam mendidik.
Jadi, pertanyaan saya adalah untuk apa menjadi guru? Saya yakin bapak-bapak, ibu-ibu yang telah mengabadikan profesinya sebagai guru mampu merealisasikan, memahami tujuannya sebagai guru dan saya pribadi mengajak para guru di seluruh Indonesia untuk mengabadikan profesi kita sebagai guru yang mampu memberikan yang terbaik untuk generasi muda Indonesia. Dan menjadi guru sebagai Investasi untuk Indonesia. Siapa mereka yang paham arti ‘Investasi untuk Indonesia’? Semoga saya, Anda dan orang-orang yang telah mengabadikan dirinya sebagai guru di seantero penjuru Nusantara.

Images

Ceramah Ilmiah Membangun Karakter Bangsa melalui Museum

08/27/2013 (All day)

Jakarta--Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), "Terselenggaranya layanan prima pendidikan dan kebudayaan untuk membentuk generasi bangsa yang berkarakter", tentunya perlu didukung peran tiap-tiap unit kerja termasuk museum.

Kepala Museum Nasional, Intan Mardiana, pada acara Ceramah Ilmiah Membangun Karakter Bangsa melalui Museum (27/08) mengatakan museum berperan untuk melakukan pelestarian warisan budaya termasuk memiliki peran dalam mengedukasi masyarakat. "Tugas kita adalah untuk lebih mengenal budaya bangsa melalui karakter dan ini menjadi tujuan dari pelaksanaan ceramah ilmiah yang rutin dilakukan tiap dua minggu sekali," tutur Intan.

Sementara itu, nara sumber ceramah ilmiah, Achmad Ferdyani Saifudin, juga menilai membangun karakter bangsa adalah isu penting dan mendesak khususnya melalui museum. Tetapi disayangkan, museum, buku, dan perpustakaan belum mendapat tempat di hati masyarakat. Achmad juga menilai karakter bangsa diduga sudah merosot, menipis, dan menurun dalam dekade terakhir.

Lebih lanjut, Achmad berpendapat kecuali untuk kepentingan akademis dan tugas sekolah, tingkat kunjungan ke museum masih relatif rendah dan orientasi dominan museum masih pada koleksi dan sistem koleksi. "Sejatinya museum menyandang tugas besar sebagai sentra (focal point) dalam membangun karakter bangsa," ujarnya.

Achmad yang juga sebagai Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia mengusulkan membangun paradigma yang sesuai dengan kehidupan masa kini yaitu dari paradigma atau pendekatan dari sensibel ke narasi dialogis.

Pendekatan sensibel atau panca indra adalah pendekatan dimana pengunjung yang datang ke museum mengandalkan penglihatan mata, menyerapnya, dan selesai. Cara pandang ini hendaknya dikembangkan menuju paradigma dialogis yang menyertakan berbagai hal sesuai dengan gejala trans (batas-batas antar kebudayaan yang semakin bias karena adanya pergerakan masyarakat secara teritorial dan perkembangan teknologi komunikasi).

"Paradigma narasi dialogis ini termasuk ada kemampuan komunikasi, pengetahuan tentang sistem politik, ekonomi, kebudayaan, keanekaragaman etnik, agama dan lain sebagainya. Museum kemudian menjadi arena dimana semua sistem menjadi pembentuk karakter bangsa," jelasnya.

Implementasinya, menurut Achmad, pengunjung museum dapat berdialog secara internal dan eksternal, misalnya salah satunya melalui peran guide untuk berdialog secara interaktif dan memasukkan pesan-pesan karakter bangsa.

Achmad menyontohkan indikator keberhasilannya, apabila pengunjung yang memasuki museum dapat merasakan percampuran emosi dan meninggalkan kesan mendalam dari kunjungannya, berarti museum telah berhasil melaksanakan perannya.

Achmad juga menyarankan agar berbagai pihak terlibat dalam mendukung pendekatan narasi dialogis termasuk juga mengintegrasikan dengan kurikulum sehingga tercipta hubungan dialogis antara museum dengan sekolah-sekolah.
Images

Guru Inspiratif dan Kreatif Bisa Menjadi Teladan Siswa

Jakarta --- Guru sebagai tenaga pendidik profesional tidak cukup hanya menguasai ilmu yang diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang dihadapinya. Karena itulah diperlukan guru yang inspiratif dan kreatif, yang mampu mendidik, memberi teladan yang baik, dan bisa memahami kondisi kejiwaan peserta didik. Guru yg kreatif dan inspiratif harus mampu memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik dengan berbagai latar belakang yang berbeda (fisik, intelektual, sosial-emosional).

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan, dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Syawal Gultom mengatakan, guru inspiratif dan kreatif semakin dibutuhkan dalam implementasi Kurikulum 2013.

"Guru yang kreatif dan inspiratif harus mampu memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik dengan berbagai latar belakang yang berbeda, seperti fisik, intelektual, sosial-emosional. Ketika kita memperhatikan peserta didik di kelas dengan latar belakang usia hampir sama, akan memperlihatkan penampilan, kemampuan, temperamen, minat yang beragam terhadap suatu pelajaran," ujarnya dalam konferensi pers Peringatan Hari Guru Nasional 2013, di Hotel Mega Anggrek, Jakarta, Jumat (22/11).

Guru kreatif dan inspiratif juga dinilai sebagai guru yang profesional, di mana selalu menegakkan kode etik di dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru yang profesional.

"Guru senantiasa memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing dan guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan, serta guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orangtua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik," ucapnya.

Guru inspiratif dan kreatif merupakan kunci sukses dalam implementasi Kurikulum 2013, yang selalu mengedepankan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Diharapkan, dengan kehadiran guru inspiratif dan kreatif dalam Kurikulum 2013, dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif, dan mampu menghadapi tantangan global. (DM)
Images

Sempat Dituduh Mencuri Fosil, Guru Sejarah Ini Raih Anugerah Peduli Pendidikan

11/29/2013 (All day)
Jakarta--Memberikan pelajaran sejarah kepada peserta didik bukanlah perkara mudah. Pelajaran sejarah dianggap membosankan, kuno, dan tidak perlu dipelajari. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Trijono, seorang guru sejarah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Tulungagung, Jawa Timur.

"Anak-anak dalam kelas saya setelkan film untuk mencintai dulu pelajaran sejarah," kata Trijono di Kemdikbud, Jakarta, Jumat (29/11/2013).

Trijono diundang secara khusus oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk menerima Anugerah Peduli Pendidikan (APP) bersama 28 penerima penghargaan lainnya. Penghargaan akan diserahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, Jumat (29/11/2013) malam di Kemdikbud, Jakarta.

Setelah anak mulai tertarik dengan sejarah , kata Trijono, mereka diajak mengunjungi situs-situs peninggalan sejarah dan kepurbakalaan di wilayah Tulungagung. "Anak-anak saya ajak ke lapangan dan meneliti. Di Tulungagung banyak sekali peninggalan sejarah mulai zaman prasejarah sampai masuknya Islam," kata alumnus Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana ini.

Trijono dinilai memberikan kontribusi nyata dan memiliki kesadaran, komitmen, dan kepedulian terhadap dunia pendidikan. Penghargaan APP diberikan setiap tahun oleh Kemdikbud sejak 2010.

Menurut Trijono, cara mengajar yang baik adalah dengan memberikan teori di kelas, praktik di lapangan, melakukan penelitian, dan menghasilkan karya. "Banyak guru cuma (mengajar) di kelas. Ini tantangan bagi guru kita semua. Anak makin kritis ketika di lapangan," katanya.

Trijono mengungkapkan, pernah saat istirahat usai pelajaran, dia dihampiri dan ditanya oleh siswanya. "Pak ini fosil bukan?" katanya menirukan ucapan siswanya. Siswa itu menunjukkan kerang-kerangan yang diperoleh di kebun rumah neneknya.

Setelah meminta bantuan antropog dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Airlangga, temuan tersebut belakangan diketahui merupakan fosil Kelas gastropoda Fillum mollusca. "Saya sempat dituduh mencuri oleh pemerintah," katanya.

Melalui perjuangannya, kejadian ini akhirnya menyadarkan pemerintah setempat untuk membuat peraturan daerah tentang perlindungan terhadap benda-benda sejarah seperti fosil temuannya.

Dengan mengajarkan sejarah ke lapangan, kata dia, hal ini juga menimbulkan empati terhadap siswanya. "Bahwa peninggalan sejarah perlu dilindungi dan dilestarikan," katanya.

Trijono secara aktif terlibat di Komunitas Kajian Sosial dan Budaya (KS2B). Dia juga berhasil menemukan lokasi kerja Eugene Dubois, seorang dokter Belanda yang menemukan tengkorak manusia purba homo wajakensis pada tahun 1889.

Pemerintah setempat menyambut baik atas temuan ini dan berencana membuat monumen di sana serta menjadikannya lokasi wisata ilmiah. (ASW).
Images

Gambaran Ideal Guru Sejarah di Sekolah


Untuk memberikan gambaran sosok guru Sejarah ideal di Sekolah tentu tidak terlepas dari gambaran sosok guru Ideal secara umum. Oleh karena itu sebelum kita mendeskripsikan bagaimana guru Sejarah ideal, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu siapa itu sosok guru dan seperti apa sosok guru yang dapat dikategorikan ideal dan profesional terutama bagi Guru Sejarah di sekolah?,  selanjutnya akan kita  telusuri lebih mendalam mengenai hal-hal tersebut.
            Definisi yang kita kenal sehari-hari, guru adalah orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang berprofesi sebagai pendidik dan memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Guru juga dapat disebut sebagai orang yang membimbing para peserta didik, arti bimbingan guru tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya pada tiga kalimatnya yang terkenal yakni, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Yang mengandung makna bahwa seorang guru hendaknya, harus dapat memberi contoh, dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
            Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila ia dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Hal ini dapat dilihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang patut diteledani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat. Adapun empat kompetensi yang dimiliki seorang guru profesional yaitu, paedagogi (yang meliputi kompetensi dalam melaksanakan kegiatan, penerapan model pembelajaran, interaksi terhadap siswa), kepribadian (yaitu memiliki perilaku yang terpuji dan memang patut dcontoh oleh peserta didik), sosial (yaitu berkaitan dengan kemampuan guru tersebut dalam menjalin komunikasi dan interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya seperti siswa, guru-guru teman seprofesinya, Kepala Sekolah, staf Pegawai TU, penjaga, petugas kebersihan sekolah, ataupun juga masyarakat sekitar di luar  lingkungan sekolah).
            Salah satu hal yang dapat menggambarkan adanya sosok guru ideal misalnya pada guru yang menerapkan metode pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) yaitu pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada siswa. Aktif mengandung arti bahwa pembelajaran yang dilakukan berpusat pada peserta didik, bertujuan untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci dipegang guru adalah kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir ataupun berbuat. Kreatif memiliki arti guru melakukan kegiatan belajar mengajar yang mampu menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Wujud stimulasi tersebut diantaranya yaitu dengan memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan, bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa, mengajukan pertanyaan yang menggugah kreativitas, memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berfikir dan menghasilkan karya. Efektif berarti pembelajaran yang dilakukan menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Menyenangkan yakni guru menciptakan suasana belajar yang fun namun bukan berarti ribut, huru-hara, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal.
            Guna menerapkan PAKEM tersebut juga tidak terlepas dari kegiatan guru dalam menciptakan kreativitas dalam belajar. Adapun 5 Cara menjadi guru yang kreatif yaitu sebagai berikut:
a.       Guru menciptakan suasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual.
b.      Guru mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan (engagement) siswa dalam tugas yang ia berikan.
c.       5 menit terakhir yang menentukan yaitu untuk merangkum mengenai pelajaran yang sudah dilakukan.
d.      Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan betul.
e.       Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam memandang sebuah pengetahuan.

            Selanjutnya dalam rangka menciptakan kreativitas dalam belajar, seorang guru juga perlu menerapkan model pembelajaran yang bervariasi di dalam kegiatan belajar agar para siswa tidak merasa jenuh dan selalu merasa menyenangkan saat belajar di kelas. Model pembelajaran tersebut tentu dapat disesuaikan dengan materi atau jenjang sekolah yang diajarkan oleh guru. Kemudian seorang guru yang kreatif tentu tidak terfokus menggunakan satu media pembelajaran saja pada saat ia mengajar. Melainkan ia akan berusaha mencari ide-ide baru dalam menggunakan beberapa media pembelajaran dengan bervariasi sehingga kegiatan pembelajaran tidak akan terasa membosankan bagi para siswa.
            Selain menciptakan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru yang dikategorikan ideal tentu dapat pula dikatakan telah mampu menguasai dan menerapkan kompotensi-kompotensi yang ada dalam keterampilan dasar mengajar, karena hal ini menjadi kunci penting dalam keberhasilan mengelola kegiatan belajar mengajar di kelas. Meskipun terkadang belum sepenuhnya untuk dikuasai tetapi setidaknya ia telah dapat menguasai hal-hal pokok yang terdapat pada kompetensi dasar mengajar.
            Seperti halnya gambaran yang dimiliki sosok ideal guru secara umum, begitu juga guru sejarah yang ideal juga memiliki gambaran yang serupa dengan pernyataan di atas, hanya saja akan dibahas dalam konteks khusus yakni guru bidang studi Sejarah.  Namun sebelumnya saya ingin  bercerita sedikit dari pengalaman semasa sekolah (SMP dan SMA) ketika belajar dengan beberapa guru sejarah yang saya nilai pantas dikatakan sebagai guru ideal. Pada saat kelas 1 SMP, saya belum merasa antusias mengikuti pelajaran sejarah, apalagi pada saat  itu baru pertama kalinya saya mempelajari secara khusus apa itu pelajaran Sejarah. Suasana belajar juga dirasakan kurang menyenangkan dan materi yang disampaikan terlalu monoton. Namun pada saat kelas 2 SMP, saya mendapatkan guru Sejarah yang ternyata lebih baik dari sebelumnya. Meskipun beliau mengajar dengan menggunakan metode ceramah, namun penyampainnya sangat menarik dan cukup lugas selain itu beliau juga sosok guru yang akrab terhadap siswanya.  Beliau juga rajin dalam memberikan tugas hampir setiap minggu, namun tidak tahu kenapa saya selalu merasa semangat mengerjakan tugas dari beliau. Sebab ia selalu memberikan motivasi kepada siswanya untuk senantiasa mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin, dan mengajak siswanya untuk membiasakan melanjutkan pelajaran Sejarah sepulang dari sekolah. Jujur saja sejak saat itulah saya mulai menyenangi pelajaran Sejarah dan Alhamdulillah sejak antusias belajar sejarah, nilai mata pelajaran sejarah saya pun mulai meningkat.
            Lalu beranjak kelas 3 SMP, guru sejarah saya  pada saat itu memiliki sosok berbeda dibandingkan pada saat kelas 2 SMP, beliau tidak terlalu akrab dengan siswanya dan terkadang saya dan teman-teman sekelas merasa tegang saat belajar dengan guru terserbut. Namun saya tetap antusias mengikuti pelajaran sejarah yang ia ajarkan, karena saya sangat menyenangi sistem belajar yang ia terapkan. Seperti halnya di kelas 2 SMP, guru sejarah saya di kelas 3 smpjuga sering memberikan pekerjaan rumah terutama yang seringkali ia berikan setiap minggu adalah tugas merangkum dan menghafal, ketika pertemuan berikutnya sang guru akan mengambil nilai hafalan dari siswa tersebut secara lisan. Dalam hal menjelaskan materi juga memiliki ciri khas yang berbeda dari guru sebelumnya yang mampu membuat saya sangat antusias untuk menyimak namun beliau cukup memberikan penjelasan yang cukup bermakna bagi para siswanya setidaknya siswa dapat mengerti apa yang ia materi yang pelajari. Terbukti hingga sekarang saya masih ingat dengan beberapa materi yang beliau ajarkan.
            Kemudian setelah itu di kelas X SMA (kelas 1 SMA), saya berjumpa dengan seorang guru sejarah, pada saat saya tetap antusias mengikuti pelajaran sejarah karena pelajaran sudah menjadi pelajaran favorite saja sejak kelas 2 SMP, jadi saya pun berusaha untuk tetap semangat mempelajari sejarah meskipun dengan beberapa guru yang berbeda. Guru Sejarah kelas X mengajarkan materi sejarah dengan metode ceramah, terkadang beliau juga memberika tugas meringkas ataupun menjawab soal-soal. Suasana belajar pun sama seperti kelas 3 SMP, yaitu tidak dan suasana yang akrab antara siswa dengan guru. Oleh karena itu ada beberapa teman-teman saya yang merasa jenuh bahkan kurang antusias untuk mengikuti pelajaran sejarah dengan guru tersebut.
            Selanjutnya beranjak kelas XI SMA, ternyata guru sejarah yang mengajar kelas X mengajar saya kembali di kelas XI, tentu saya belum merasa perubahan dalam suasana belajar.  Pada waktu antusias belajar saya sedikit mulai goyah karena pada saat itu guru sejarah tersebut jarang masuk (cuti melahirkan), sehingga ketika jam pelajaran Sejarah seringkali kami tidak belajar. Sampai saya dan teman-teman sekelas pun bingung bagaimana bentuk soal-soal yang akan muncul pada ujian semester sebab masih bingung dengan materi yang kami pelajari. Maka solusinya pun kami diharuskan untuk belajar mandiri. Bahkan yang sempat menyurutkan semangat saya, ketika untuk pertama kalinya melihat nilai mata pelajaran sejarah saya yang minim di Rapor. Hal ini tentu membuat saya sedikit kecewa dan menyimpan tanya mengapa bisa seperti itu, sementara saya sudah berusaha giat belajar dan saya merasa menjawab soal-soal ujian secara lengkap. Berbagai opini-opini teman yang bernasib sama pun bermunculan ada yang berkata bahwa besar kecil nilai ujian sangat tergantung dengan jawaban yang harus sesuai dengan isi buku (text book). Saya pun akhirnya dapat mengerti mungkin dalam hal ini jawaban ujian saya kurang sesuai dengan apa yang ada di Buku. Meskipun sudah mengisi secara lengkap namun barangkali banyak tidak sesuai dengan apa yang terdapat di buku.
            Ketika beranjak ke kelas XII SMA, kekecewaan tersebut mulai berkuang dan semangat belajar saya terhadap pelajaran sejarah mulai hidup kembali, sebab guru sejarah yang temui kali ini sangat berbeda dan luar biasa bagi saya. Mulai dari pertemuan awal dengan beliau saya sudah mulai merasakan suasana keakraban dengan beliau sebagai sosok guru. Pada saat beliau menjelaskan materi sangat menarik dan penuh semangat sehingga kami para siswa seolah-olah terbawa ke dalam peristiwa masa lampau yang dijelaskan beliau. Metode yang beliau gunakan adalah metode ceramah dan diskusi kelompok.
            Dalam menggunakan metode ceramah beliau juga turut melibatkan para siswanya untuk aktif dalam proses pembelajaran misanya dengan mengajukan pertanyaan, meminta tanggapan dari siswa, ataupun menyuruh siswa untuk menuliskan jawabn di papan tulis. Jadi meskipun metode ceramah, tetapi suasana belajar yang berlangsung menjadi hidup dan para siswa sangat antusias mengikuti pelajaran sejarah. Selain itu dalam memberikan penjelasan materi beliau terkadang tidak tefokus dengan materi yang sedang dipelajari namun beliau juga mampu mengaitkannya dengan beberapa materi bahkan pelajaran lainnya (kontekstual) dan tidak text book.
            Begitu pula dengan metode diskusi kelompok (konstruktivisme) yang beliau terapkan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan diskusi tersebut hampir sama seperti kegiatan diskusi di masa kuliah sekarang. Beliau juga sabar dalam mengarahkan dan membimbing kami sewaktu berdiskusi dalam kelompok kecil. Ketika kami ada yang kesulitan menjawab soal atau permasalahan diskusi maka sang guru pun datang membantu dan memberikan solusi. Seperti halnya pada waktu berdiskusi panel antar kelompok, guru pun berperan sebagai penengah yang baik ketika terdapat debat argumen yang tiada berujung. Itulah yang membuat saya merasa memperoleh pelajaran yang bermakna ketika mengikuti pelajaran sejarah bersama beliau.
            Selain dalam hal pelajaran beliau juga termasuk guru yang sangat memotivasi para siswa, ketika ada siswa yang memperoleh nilai tinggi maka beliau tidak segan-segan memberikan reward tehadap siswa tersebut, sebaliknya bagi siswa yang memperoleh nilai rendah maka beliau pun berusaha melakukan pendekatan dan berusaha memberikan motivasi agar siswa tersebut dapat memperbaiki hasil belajarnya.
            Sungguh hal ini lah yang memacu semangat saya kembali untuk menyenangi pelajaran sejarah. Yang menjadi alasan saya berani mengambil jurusan pendidikan sejarah pada saat kuliah, salah satunya dikarenakan saya terinspirasi dengan sosok guru sejarah saya tersebut. Beliau bukan hanya sebagai sosok guru namun juga sebagai sosok sahabat sekaligus orang tua yang begitu peduli terhadap para siswanya. Saya sangat mengagumi dari cara beliau mengajar yang menyenangkan (tidak membuat siswa jenuh apalagi mengantuk), penyampaian materi yang kontekstual, mampu berinteraksi dengan siswa dengan suasana penuh keakraban, turut melibatkan para siswa untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan gagasan, serta beliau juga sangat memotivasi para siswanya untuk selalu giat belajar, giat membaca dan giat pula untuk meningkatkan hasil belajar. Bahkan terkadang di luar jam pelajaran, beliau sering meluangkan waktu untuk siswanya yang ingin berkonsultasi mengenai kesulitan yang ditemui pada materi pelajaran. Tidak hanya sebatas dalam hal pelajaran saja, beliau juga selalu menanamkan pesan moral terhadap setiap pelajaran yang belia ajarkan, dan juga ada pesan beliau yang selalu saya ingat yaitu ”jangan pernah kecewakan orang tua yang telah bersusah payah bekerja keras mencari uang untuk biaya sekolahmu, mereka rela menderita demi melihat kebahagiaanmu, maka sudah selayaknya kalian membahagiakan mereka salah satunya dengan menggapai prestasi belajarmu di sekolah.” Pesan beliau inilah yang selalu teriang di benak saya. Oleh karena itu pantaslah jika saya menyebut beliau sebagai sosok guru sejarah yang ideal.
            Dari berbagai pengalaman belajar dengan beberapa guru sejarah semasa SMP dan SMA, maka saya pun memberikan sedikit gambaran mengenai sosok ideal guru sejarah yaitu sebagai berikut:
a.       Mampu menguasai kompotensi –kompotensi yang terdapat dalam delapan keterampilan dasar mengajar dan menerapkannya dengan baik dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
b.      Dalam menjelaskan materi seorang guru sejarah hendaknya tidak terlalu monoton, diharapkan dapat menggunakan berbagai media pembelajaran beserta model pembelajaran yang bervariasi sehingga para siswa tidak merasa jenuh untuk mengikuti pelajaran. Misalnya berdiskusi kelompok, menggunakan media gambar atau peta, bermain peran, talking stick, ataupun dapat pula dengan menonton flim sejarah atau memutarkan rekaman sejarah (bila sarana tersedia).
c.       Guru sejarah juga hendaknya dapat menguasai materi dengan baik, tidak hanya itu diharapkan pula kontekstual (menghindari kaca muda: terfokus hanya pada bahasan materi yang diajarkan) pada saat menjelaskan materi, sehingga guru sejarah juga diharapkan aktif dalam mencari informasi lain yang berkaitan dengan materi ajarnya, memberikan contoh atau mengaitkan materi dengan peristiwa lokal yang ada di sekitar lingkungan siswa ataupun dari pengalaman nyata dari siswa.
d.      Pada saat melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas seorang sejarah juga hendaknya turut melibatkan para siswanya untuk aktif  bail dalam mengemukakan pertanyaan ataupun gagasan serta dilibatkan pula dalam penggunaan media atau alat bantu dalam pembelajaran sehingga akan tercipta suasana belajar yang hidup dan para siswa dapat antusias untuk belajar.
e.       Selain melakukan kegiatan pembelajaran di dalam ruangan kelas, sang guru pun sesekali dapat mengajak para siswanya untuk belajar di luar ruangan kelas misalnya dengan melakukan studi lapangan ke beberapa tempat situs sejarah, museum, candi, ataupun melakukan wawancara terhadap para tokoh sejarah.
f.       Seorang guru sejarah juga hendaknya menghimbau para siswa untuk aktif dalam mencari sumber belajar lain selain buku pedoman yang ia gunakan misalnya melalui majalah, surat kabar, internet, atau dapat juga dengan berkunjung ke Perpustakaan di luar sekolah seperti perpsutaakaan daerah.
g.      Guru sejarah yang ideal diharapkan dapat memotivasi para siswa, peduli dengan suasana di kelas misalnya dalam mengelola kelas, guru sejarah harus dapat memahami saat di mana para siswanya mulai jenuh dan mengantuk dengan materi disampaikan, maka ia sesekali pun harus mengganti suasana yang berbeda agar siswa dapat antusias kembali untuk mengikuti pelajaran.
h.      Seorang guru sejarah sedapat mungkin dapat meciptakan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran misalnya membuat media pembelajaran yang unik   untuk ditampilkan kepada para siswanya pada saat menyampaikan materi.
i.        Guru sejarah yang ideal tentu harus menghindari sistem catat buku sampai abis (CBSA) terhadap para siswanya karena cara belajar tersebut dnilai kurang efektif dalam memotivasi para siswa untuk mengembangkan gagasannya dalam   berpikir dan menggali informasi secara lebih luas. Selain itu guru sejarah hendaknya mengajak para siswa bukan sekedar menghafal materi namun yang terpenting adalah mengingat dan memahami materi yang dipelajari, dengan demikian akan memberikan pelajaran yang bermakna bagi siswa. Bahkan sang guru sejarah pun dapat memberikan solusi atau tips khusus ataupun kata kunci yang memudahkan siswa dalam mengingat dan memahami materi yang ia pelajari.
j.        Jika masih ada siswa yang belum memahami dan kurang jelas namun tidak sempat untuk bertanya pada saat jam pelajaran berlangsung, maka sang guru dapat memberikan solusi dengan cara menyediakan waktu untuk siswa berkonsultasi mengenai kesulitan terhadap materi yang dipelajari, misalnya pada jam istirahat atau sepulang sekolah.
k.      Setiap akhir penyampaian materi,  guru sebaiknya dapat menyampaikan nilai-nilai  atau moral pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pelajaran yang lebih bermakna. Misalnya pada materi mengenai Peristiwa Sumpah Pemuda, sang guru dapat mengibaratkan bahwa begitu pentingnya semangat persatuan dan kesatuan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki beraneka ragam budaya dan suku bangsa.

           
           
                                               









Images

Cara Menyenangkan Belajar Sejarah

REPUBLIKA.CO.ID.Suatu ketika, saat pelajaran Sejarah tengah berlangsung di sebuah kelas, ada seorang guru bertanya kepada muridnya, “Kapan Perang Diponegoro terjadi?” tanyanya. Beberapa siswa sontak mengacungkan tangan. Sang guru kemudian menunjuk salah satunya. Dengan lantang, siswa yang ditunjuk tersebut menyahut, “Habis Maghrib, Pak!”

Di waktu yang berbeda, masih terkait Perang Diponegoro, sang guru bertanya, “Setelah melakukan gerilya dengan pasukannya, Diponegoro kemudian melarikan diri ke ...?” Jawaban yang terlontar dari siswa pun di luar perkiraan. Dengan suara lantang, keluarlah jawaban, “Ketakutan.”

Kontan saja, kelas riuh dengan gelak tawa. Guru yang bertanya pun bengong sesaat. Kemudian, dia menenangkan siswanya dengan nada membentak. Ini bukan sekadar anekdot. Cerita ini disampaikan Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia Susanto Zuhdi.

Menurutnya, saat ini generasi muda sangat kreatif, berpikiran lebih bebas, dan terbuka. Karenanya, metode pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar lebih menyenangkan, tidak membosankan. Tentu saja, agar jawaban serupa “habis Maghrib” dan “ketakutan” itu tidak muncul lagi.

Jawaban spontan dari siswa, seperti kisah di atas, bukan mengartikan bahwa mereka tak tahu jawabannya. Justru karena jawaban yang sudah ada itu cenderung membuat siswa jenuh dan mencari cara lain agar lebih enjoy. “Mereka tahu, Perang Diponegoro terjadi pada 1825-1830. Tapi, saking detilnya, muncullah jawaban sehabis Maghrib tadi,” ujar Susanto sambil tertawa. Pelajaran Sejarah yang berisi banyak hafalan dan menyediakan jawaban tampaknya memang perlu disikapi dengan lebih bijak agar materinya bisa lebih mudah terekam oleh siswa.

Susanto yang juga staf ahli Menteri Pertahanan itu tidak sepakat dengan pernyataan bahwa pelajaran Sejarah bukan hal yang menarik. Sebaliknya, Susanto menilai, pelajaran Sejarah justru pelajaran yang penuh pesona. Menurutnya, masa lalu selalu menarik. “Kita saja yang tidak bisa mengemasnya.”

Belajar tentang masa lalu, kata Susanto, bisa menarik bila dimasukkan unsur makna dari peristiwa-peristiwa tersebut. Dia mengatakan, ada tiga sebab mengapa orang berkepentingan dengan sejarah. Pertama, orang memang ingin tahu sejarah yang penuh misteri dan memesona. Syaratnya, dia harus penasaran karena harus selalu bertanya.

Kedua, orang belajar sejarah untuk tahu pengalaman orang lain. Orang bijak tidak akan belajar dari pengalamannya sendiri, tapi dari pengalaman orang lain. Ketiga, sejarah menciptakan kelompok komunitas, kelompok kemanusiaan, dan menggugah rasa nasionalisme. Ini karena sejarah menjadikan satu kesatuan pengalaman. “Jadi, secara individu maupun kelompok, sejarah itu menarik,” kata Susanto.

Salah satu cara untuk menjadikan pelajaran Sejarah menarik dan tidak membosankan adalah dengan kegiatan Lawatan Sejarah Nasioanal (Lasenas) X. Acara ini merupakan program tahunan Kemendikbud yang diselenggarakan oleh Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah, dan Nilai Budaya. Menurut Susanto, Lasenas adalah cara belajar sejarah yang menyenangkan. Kemasan pendidikan Sejarah dengan berkunjung langsung ke tempat-tempat bersejarah patut diapresiasi. Lasenas, kata Susanto, bisa memperkuat ingatan politik dan sejarah generasi muda dengan cara yang disukai mereka.

Susanto mencontohkan, beberapa tahun lalu ada seorang pelajar dari Amerika yang berkujung ke Morotai. Untuk apa? Ternyata, anak tersebut ingin melihat langsung jejak peninggalan kakeknya sewaktu berperang melawan Jepang. “Karena jejak peninggalannya ada di Morotai, ribuan kilometer pun harus dia tempuh. Ini karena instruksi sejarah, ada perintah masa lalu,” ujarnya.
Images

Asiknya Belajar Sejarah

Bagi anak, sejarah kerap dianggap tidak menarik karena ia tidak terlibat dalam kejadian yang tercatat di dalam buku-buku itu. “Kenapa sih aku harus tahu siapa itu Alexander the Great? Dia khan bukan saudaraku! Dia juga berasal dari Macedonia, jauh banget!” Pernahkah kalimat semacam itu terlontar dari anak Anda? Jika pernah dan Anda tidak bisa menjawab pertanyaan si kecil, penjelasan di bawah ini bisa Anda jadikan pegangan agar pelajaran sejarah jadi mengasikkan.
Seberapa Penting?
Sejarah tidak hanya membicarakan perang, kemerdekaan, atau sekadar tanggal-tanggal yang harus dihapalkan. Pelajaran sejarah cukup kompleks untuk dicerna anak-anak karena sejarah selalu mempunyai konteks dan waktu. Selain keharusan menghapal, kehilangan konteks dengan kekinian membuat pelajaran sejarah di sekolah membosankan anak-anak. Guru terbiasa mengajarkan peristiwa masa lalu tanpa membuatnya terkait dengan kejadian masa kini yang dimengerti anak.
Anda perlu menumbuhkan keingintahuan dan ketertarikan anak terhadap masa lalu dengan cara menjelaskan keterkaitannya dengan zaman sekarang. Kaitkan cerita sejarah dengan sesuatu yang disukainya. Misalnya, ketika Anda sekeluarga sedang menonton film televisi di rumah, Anda bisa membuka percakapan dengan, “Sekarang kita bisa nonton televisi pakai layar LCD. Dulu, waktu mama masih seumur adek, televis masih hitam putih dan belum ada remote control.” Dari pembicaraan santai itu, anak bisa saja bertanya tentang penemu televisi, sejak kapan televisi menjadi berwarna, kapan pertama kali televisi masuk ke Indonesia, dan sebagainya.
Agar tidak kewalahan, orang tua yang menerapkan metode homeschooling atau yang sering membantu si kecil menyelesaikan PR-nya, perlu banyak membaca referensi sejarah ketika si kecil mulai penasaran. Anda pasti tertarik dengan cerita sejarah dan lebih berminat mengajarkannya kepada anak ketimbang mengajarkannya matematika, bukan?
Sejarah Keluarga
Mengenalkan anak tentang asal-usul dirinya akan sangat bermanfaat. Ia dapat mengenal sosok kakek buyut walau tak pernah bertatap muka, mencontoh ketekunan nenek yang bekerja sebagai perajin batik, atau terinspirasi menjadi pilot setelah berkenalan dengan kakak sepupu ayah. Ajak ia membuat pohon silsilah keluarga dan biarkan ia takjub melihat kenyataan bahwa ia terhubung dengan begitu banyak manusia. Buat ia mengetahui riwayat, karakter, hobi, pengalaman, bahkan hal-hal yang tidak disukai masing-masing kerabat.
Begitu banyak yang bisa dipetik si kecil dari pengalaman orang-orang di sekitarnya. Hal itu bisa ia manfaatkan untuk membentuk karakter dan memperkaya wawasan. Tentu saja, keterlibatan Anda sangat diperlukan. Jangan sampai ia justru menyerap tabiat atau pengalaman buruk dan melupakan nilai-nilai terpuji yang ditanamkan dalam keluarga.
Gunakan Hal-Hal di Sekitar Anda
Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, bangunan, jalan raya, semua benda bisa Anda jadikan pintu masuk untuk mendekatkan ilmu sejarah kepada anak. Ketika anak Anda melihat gajah di kebun binatang, Anda bisa menjelaskan bahwa nenek moyang gajah dinamakan mammoth yang berbulu dan mempunyai gading panjang melingkar. “Sejarah menjadi menarik jika dikemas dalam nuansa rekreatif, edukatif, sekaligus menghibur. City tour adalah salah satu cara kami membangun ketertarikan mempelajari sejarah. Tidak hanya bangunan yang kami singgahi, melihat kesenian dan mencoba berbagai makanan juga menjadi bagian dari belajar sejarah,” kata Asep Kambali, ketua Komunitas Historia. Komunitas yang mempunyai 1.250 anggota, termasuk anak-anak, ini bertujuan untuk membangun kesadaran sejarah dan budaya. Menurut Asep, pengajar sejarah perlu berpikir kreatif. “Misalnya, sebelum memberi pengetahuan tentang suku Maya dan Inca, ada baiknya pengajar atau orang tua memancing terlebih dahulu anak lewat sepak bola Amerika Latin yang maju pesat. Atau, bisa juga melalui musik,” ujar Asep.
Media Lain yang Bisa Membantu
Anak pasti sangat tertarik dengan komik. Sadarkah Anda bahwa komik bisa membuka pengetahuannya tentang sejarah. Sebut saja komik sepanjang masa seperti Serial Petualangan Tin-Tin atau Asterix. Tin-Tin akan mengajak anak bertualang ke Tibet , Amerika, Rusia, Mesir, dan banyak negara lainnya dengan latar sejarah yang amat kental. Sementara kisah fiksi kocak Asterix dan Obelix membawa anak kembali ke zaman kejayaan Romawi. Baru-baru ini, trilogi Kartun Riwayat Peradaban karya Larry Gonick terbit dalam Bahasa Indonesia. Jangan membayangkan penjelasan rumit yang bisa membuat dahi anak berkerut karena komik ini tampil seperti layaknya sebuah komik: ringan dan menghibur. Teori Ledakan Besar (Big Bang) hingga kemunculan era Renaissance, disajikan dengan bumbu humor yang mengundang tawa.
Banyak film dan game yang dekat dengan keseharian anak sekaligus kental dengan nuansa sejarah. Dengan menyaksikan trilogi Lord of The Ring, anak tertarik mempelajari mitologi yang bisa dikaitkan dengan sejarah dan budaya. Bila anak sudah lebih dewasa film-film epik seperti Gladiator, Braveheart, sampai Letters From Iwo Jima, jelas akan menambah wawasannya. Sambil asik memainkan game Punic War, tanpa sadar ia memasuki era pertempuran Romawi melawan Carthage. Jadi, siapa bilang sejarah itu membosankan?
Penjelajahan Dunia Maya
Belajar sejarah juga cukup efektif melalui internet. Banyak sekali situs-situs yang bisa mengobati rasa ingin tahu anak tentang dunia sekelilingnya. Menjelajah dunia maya terbilang murah, praktis, dan terdapat banyak pilihan tema yang bisa ditelusuri serta situs yang bisa diakses. Namun, bagi anak yang memiliki antuasiasme membaca yang tinggi, mungkin ia belum merasa puas sebelum membaca dari buku teks. Bagi si kutu buku, internet bisa dijadikan sarana memilah buku sebelum memutuskan untuk membeli. Lebih hemat, bukan? Menyelami sejarah melalui dunia maya juga sangat menarik karena banyak situs yang membuat segmen khusus anak-anak yang mempunyai banyak permainan maupun lembar kerja edukatif yang menarik bagi anak-anak. Tapi, perlu diingat, Anda tetap harus mendampingi anak ketika menjelajahi dunia maya untuk menghindari situs-situs yang berbahaya atau tidak selayaknya diakses. Berikut ini beberapa situs menakjubkan yang wajib Anda dan anak kunjungi guna menambah wawasan sejarah.
Menyelami sejarah melalui dunia maya juga sangat menarik karena banyak situs yang membuat segmen khusus anak-anak yang mempunyai banyak permainan maupun lembar kerja edukatif yang menarik bagi anak-anak. Tapi, perlu diingat, Anda tetap harus mendampingi anak ketika menjelajahi dunia maya untuk menghindari situs-situs yang berbahaya atau tidak selayaknya diakses. Berikut ini beberapa situs menakjubkan yang wajib Anda dan anak kunjungi guna menambah wawasan sejarah.
www.besthistorysites.net
Situs lengkap yang menjawab berjuta pertanyaan anak tentang sejarah. Mulai dari periodisasi zaman, periodisasi seni, sejarah perang dunia, cerita dari narasumber yang mengalami kejadian bersejarah secara langsung. Dikemas dalam narasi dan grafis menarik sehingga layak menjadi materi pembelajaran sejarah bagi anak.
www.hyperhistory.com
Situs yang sangat menarik dan informatif. Pembagian materi bukan hanya berdasarkan periodisasi sejarah, melainkan meliputi pengetahuan astronomi, kosmologi, kejadian-kejadian penting, hingga tokoh-tokoh paling berpengaruh dalam satu abad. Penyajiannya ringkas dan sederhana sehingga semakin menambah rasa penasaran.
www.bbc.co.uk/history
Situs ini mempunyai seksi History for Kids yang ringan namun edukatif. Misalnya, sebuah printable worksheet (lembar kerja) tentang rumah dan keluarga di zaman Viking, mengajak anak untuk menjelaskan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi sejak era itu dengan cara membandingkan gambar rumah Viking dengan rumah yang ia tinggali saat ini.
www.history.org/kids
Situs ini cukup unik karena menyediakan berbagai permainan menarik. Sebut saja permainan menulis dengan pena bulu, memakaikan gaun perempuan abad-18, memasangkan topi sesuai dengan kostum dan profesi di lingkungan kerajaan, atau membuat kartu pos bernuansa kolonial.